Perkenalkan saya Yoharisna. Calon Guru Penggerak Angkatan 11 Kota Bandar Lampung. Izinkan saya untuk menyampaikan tugas Koneksi Antar Materi Modul 1.4 Penerapan Budaya Positif di SMK Bandar Lampung.
Untuk tugas ini, saya akan membuat refleksi mengenai peran saya dalam menciptakan budaya positif di sekolah dengan menerapkan konsep-konsep inti seperti disiplin positif, motivasi perilaku manusia (hukuman dan penghargaan), posisi kontrol restitusi, keyakinan sekolah/ kelas, segitiga restitusi, dan keterkaitannya dengan materi sebelumnya yaitu filosofi pendidikan Nasional KHD, nilai dan peran guru penggerak, serta visi guru penggerak.
Sebagai informasi, tulisan ini saya buat sebagai dokumentasi refleksi untuk pengembangan diri saya sebagai guru yang mencerminkan nilai guru yang berpihak pada murid, reflektif, inovatif, mandiri, dan kolaboratif.
Peran saya dalam Menerapkan Budaya Positif di SMK BLK Bandar Lampung
Sebagai seorang guru, saya percaya bahwa tugas terpenting guru adalah menuntun anak agar mencapai kebahagiaan dan keselamatan hidup sesuai dengan kodrat zaman dan kodrat alam mereka.
Hal ini sesuai dengan filosofi pendidikan Ki Hajar Dewantara yang sebenarnya telah jalankan dalam kehidupan sehari-hari. Filosofi KHD yaitu Ing ngarso sung tulada (di depan memberikan contoh), ing madya mangun karsa ( di tengah membangun motivasi), dan Tut Wuri Handayani ( di belakang memberikan dorongan semangat) merupakan semangat pendidik Indonesia yang sudah membumi di Indonesia.
Untuk itu saya pikir bahwa mengimplementasikan budaya positif yang dapat mendorong siswa dalam perbaikan diri agar dapat mewujudkan visi pendidikan Nasional Indonesia adalah tugas guru dan semua warga sekolah serta masyarakat.
Visi pendidikan nasional Indonesia yaitu mewujudkan sistem pendidikan sebagai pranata sosial yang kuat dan berwibawa untuk memberdayakan semua warga negara Indonesia agar berkembang menjai manusia yang berkualitas sehingga mampu dan proaktif menjawab tantangan zaman yang selalu berubah.
Visi yang merupakan mimpi besar Indonesia untuk menjawab tantangan zaman di era perubahan teknologi yang pesat. Mimpi besar yang saya yakin menjadi tantangan bagi pendidik di Indonesia. Tantangan yang makin beragam dengan adanya disrupsi budaya akibat pengaruh media sosial pada anak-anak kita.
Disrupsi budaya ini merupakan ancaman dan peluang bagi guru dalam mengembangkan potensi peserta didik. Ancaman karena kebiasaan baru ini dapat mengganggu konsentrasi anak-anak dalam proses pembelajaran di sekolah. Peluang karena kebiasaan baru mengakses media digital ini dapat mengaktifkan rasa ingin tahu siswa pada perkembangan dunia.
Perilaku anak yang menggambarkan perwujudan dari profil Pelajar pancasila. Dan, saya pikir, guru dan orang tua dapat berperan sebagai pendamping atau pembimbing anak dalam usaha mereka untuk mengembangkan dirinya.
Seperti seorang Brian Sukidi, anak Indonesia yang mendapat penghargaan Milton Academi yang saya yakin mendapat dukungan penuh dari guru, orang tua, dan mesyarakat hingga ia dapat meraih keselamatan dan kebahagiaan sebagai anak berprestasi yang membanggakan Indonesia.
Lalu, apa yang dapat saya lakukan untuk menciptakan budaya positif di SMK BLK Bandar Lampung agar terwujud anak-anak hebat seperti Brian Sukidi, Putri, Dedek Adi Saputra (teknisi Astra), atau B.J Habibie. Anak-anak keren yang saya pikir memiliki keunikan dan kekeuatan di bidangnya masing-masing.
Anak-anak yang memerlukan perhatian dan bimbingan guru untuk membantu meraka dalam membentuk karakter luhur sesuai dengan profil pelajar pancasila.
Disiplin Positif
Disiplin positif adalah menumbuhkan disiplin positif yang didorong dari dalam diri anak tanpa dorongan hukuman dan hadiah. Disiplin positif ini tumbuh dari lingkungan keluarga, sekolah, dan masyarakat yang memberikan aturan dan batasan yang jelas pada anak tentang apa yang boleh dan tidak boleh dilakukan untuk kepentingan bersama.
Posisi guru di sekolah adalah sebagai manajer yang dapat mengatur dan mengelola seumber belajar, waktu, dan organisasi kelas. Dalam usaha disiplin positif anak, dikenal istilah restiusi yang dapat membantu anak kembali pada kelompoknya dengan karakter lebih baik.
Restitusi merupakan usaha budaya positif yang dapat membantu guru dan orang tua agar anak-anak menyadari kesalahannya dan mencari solusi terbaik bagi masalahnya tersebut, sehingga mereka dapat kembali pada kelompoknya dengan karakter yang lebih baik.
Seperti kasus Riki yang pernah terjadi di kelas saya. Ia terlambat masuk sekolah, hingga tidak mengikuti program shalat berjamaah di sekolah. Sebagai wali kelas, saya melakukan proses restitusi dengan posisi manajer untuk membantu Riki menyelesaikan masalahnya. Posisi yang saya pikir lebih sesuai dengan kondisi Riki yang sudah memiliki keyakinan kelas yang cukup baik.
Sementara Fardhan, siswa saya yang lain memiliki masalah yang cukup rumit. Selain sering tidak masuk sekolah, Fardhan sering tidur di kelas dan tidak menyelesaikan tugas dari guru. Meskipun sebenarnya ia anak yang cukup pintar, Fardhan tidak semangat untuk belajar di kelas.
Berbeda dengan kasus Fardhan yang masih belum memiliki keyakinan kelas yang memadai, saya masih mempraktikkan posisi sebagai pemantau dan manajer untuk membantunya kembali pada kelompoknya dengan karakter lebih baik. Alhamdulillah, dengan kolaborasi saya sebagai wali kelas bersama kaprodi, guru BK, guru praktik, dan kepala sekolah, Fardhan sekarang sudah mulai semangat belajar di sekolah.
Bagaimana cara saya mengatasi masalah anak dengan penerapan restitusi?
Setelah mempelajari modul 1.4 dan mengaitkan materi modul ini dengan modul-modul sebelumnya, saya makin menyadari bahwa posisi kontrol restitusi sudah kami praktikkan di sekolah. Namun, dari ketiga fase restitusi, kami biasanya melewati fase pertama, yaitu menstabilkan identitas. Fase awal yang menyiapkan anak agar siap memperbaiki kesalahannya.
Dan, saya pikir, mungkin itu yang menjadikan anak-anak masih belum memiliki kesadaran diri yang baik sebagai seorang anak dan pelajar yang baik.
Oya, cara saya dalam melakukan restitusi terhadap anak-anak di kelas adalah
1, Menstabilkan identitas
2. Validasi tindakan yang salah
3. Menanyakan keyakinan
Dan, Koneksi antar materi saya publish di yoharisna.my.canva.site Terima kasih.
Komentar
Posting Komentar