Jamban dapat mencegah terjadinya stunting adalah isu awal yang diangkat berkaitan dengan isu sanitasi yang dekat hubungannya dengan masyarakat. Isu sanitasi yang jika dapat terpenuhi, akhirnya dapat menghasilkan anak yang sehat dan cerdas di masa depan. Itu yang disampaikan oleh pak Bambang (aktifis senior lingkungan) tentang isu sanitasi yang sudah masif dan menghawatirkan. Isu yang bukan hanya tanggung jawab pemerintah, tapi seluruh lapisan masyarakat.
Masyarakat pun punya tanggung jawab, karena titik persoalan awal ada dari perilaku dan kesadaran kita sendiri
Bagaimana tidak?
Benang merah yang bisa diambil sebagai contoh sederhana antara isu jamban, stunting dan kaitannya dengan kecerdasan adalah kaitannya dengan prilaku seseorang, misal: 'Seseorang yang BABS (buang air besar sembarangan), tinja dihinggapi lalat, lalat hinggap di makanan yang dimakan anak, anak sakit cacingan, anak mengalami stunting, anak pertumbuhannya terganggu baik secara fisik maupun otaknya'. Rantai peristiwa yang terus tersambung, tak terputus. Kita bisa bayangkan jika yang melakukan BABS itu satu kampung, bagaimana imbas yang bisa menghambat kemajuan kecerdasan anak Bandarlampung di masa depan.
Sebut saja contoh masalah yang ada kaitannya dengan jamban, yaitu kejadian bocornya IPLT Bakung (Instalasi Pengolahan Lumpur Tinja). Efeknya adalah terkontaminasinya air sungai di daerah Bakung. Sungai yang dijadikan tempat bermain dan berenang anak - anak.
Padahal, kita semua tahu bahwa tinja merupakan sumber penyakit yang juga mengandung bakteri E coli yang dapat menyebabkan diare, sakit perut, dan demam. Bakteri ini juga bisa menyebabkan cacingan yang bisa jadi faktor pemicu kondisi stunting. Kondisi yang bisa menyebabkan anak mengalami gangguan pertumbuhan fisik dan otak.
Menurut data dalam soft launching hasil SSGI (Survei Status Gizi Indonesia), Nina Moeloek menyatakan prevalensi stunting balita mengalami penurunan dari 30.8% tahun 2018 (Riskesdas 2018) menjadi 27, 67% tahun 2019. Angka ini diambil dari 320 ribu rumah tangga. Artinya, angka ini mewakili sekitar 8, 34% dari jumlah penduduk Indonesia di angka 266,91 juta jiwa tahun 2019. Angka stunting yang masih bisa diturunkan dengan sanitasi yang baik yang dimulai dengan jamban yang baik.
Fakta mengejutkan terkait jamban, sanitasi dan air bersih adalah Orang miskin bayar air bersih lebih mahal dibanding orang kaya
Kenapa demikian?
Sebut saja kawasan Panjang, Lampung yang terkesan kumuh itu. Dengan tradisi masyarakat pesisir yang melakukan BABS, kebayang kan kalau air bersih akan jadi barang mahal. Menurut teman yang tinggal di Panjang, untuk satu jrigen air menghabiskan @Rp5000 - 7000. Sedangkan untuk satu keluarga membutuhkan sekitar 10 jrigen air bersih per hari. Jadi per keluarga menghabiskan Rp70.000 per hari hanya untuk 1000 liter air. Bandingkan dengan orang kaya yang menggunakan air PDAM dengan hanya membayar Rp200.000 per 4 kubik air.
Sedang kebutuhan air per keluarga atas air bersih melebihi dari 10 jrigen per harinya. Untuk kebutuhan mandi, cuci, dan lain sebagainya, warga akhirnya menggunakan air yang kurang layak seperti air sungai yang sudah terkontaminasi tinja atau sampah. Padahal air tersebut berbahaya karena mengandung bakteri E coli dan parasit yang bisa mengganggu kesehatan manusia.
So, kebayang kan kenapa banyak orang miskin yang terkena stunting?
Kebayang kan kenapa angka anak cerdas di Bandarlampung belum seperti yang diharapakan?
Sedang kebutuhan air per keluarga atas air bersih melebihi dari 10 jrigen per harinya. Untuk kebutuhan mandi, cuci, dan lain sebagainya, warga akhirnya menggunakan air yang kurang layak seperti air sungai yang sudah terkontaminasi tinja atau sampah. Padahal air tersebut berbahaya karena mengandung bakteri E coli dan parasit yang bisa mengganggu kesehatan manusia.
Kebayang kan kenapa angka anak cerdas di Bandarlampung belum seperti yang diharapakan?
Dalam penjelasannya, pak Bambang menyampaikan bahwa JSP (Jamban Sehat Permanen) merupakan salah satu kebutuhan hak asasi manusia yang wajib dipenuhi. Sebagaimana sanitasi itu hak hidup setiap manusia, tidak terkecuali. Hal ini juga sesuai dengan misi menuju Bandarlampung sehat. Misi yang merupakan tanggungjawab kita semua sebagai warga Lampung.
Sumber data
Bandarlampung, 3 Desember 2019
Ternyata masih ada saudara kita yang nggak memiliki jamban yang layak ya Mba :( Terima kasih atas tulisannya yang informatif. Semoga saudara-saudara di Bandarlampung khususnya yang belum memiliki sanitasi yang baik, bisa segera mendapat bantuan.
BalasHapusYa..masih ada mbak. Terutama yg tinggal di pesisir. Mungkin ke depannya ada teknologi yg bisa bantu masyarakat pesisir.
BalasHapusTulisannya sangat detail dan informatif mbak. Semoga masalah sanitasi dan jamban segera tertangani Aamiin
BalasHapus